Sunday, 2 March 2014
Taufik Arifiyanto (TN 13), Anak Guru SD yang Samai Rekor SBY
Taufik Arifiyanto patut berbangga. Selain dinobatkan sebagai lulusan terbaik Akmil 2008, dia kemarin bisa menyamai rekor Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang sudah bertahan 35 tahun. Yakni, meraih dua penghargaan sekaligus: Adimakayasa dan Trisakti Wiratama.
Laporan JOKO SUROSO, Magelang
UPACARA prasetya perwira (praspa) TNI dan pelantikan perwira TNI-Polri 2008 di Lapangan Sapta Marga, Kompleks Akmil, Magelang, kemarin (17/12) merupakan momen yang tak akan pernah dilupakan Taufik Arifiyanto. Sebagai lulusan terbaik, pangkat letnan dua (letda) TNI disematkan langsung oleh SBY yang juga seniornya di Akademi Militer (Akmil) ke pundaknya.
Meski berdiri tegap layaknya seorang perwira saat SBY memasang pangkat ke pundak Taufik, namun tetap saja alumnus SMA Taruna Nusantara, Magelang, Jawa Tengah, itu tampak menahan haru. Sebab, sejak SBY lulus di akademi yang sama pada 1973, baru Taufik yang bisa menyamai prestasinya. Yakni, penghargaan Adimakayasa dan Trisakti Wiratama yang menjadi dambaan semua taruna di sana.
Untuk meraih prestasi itu, memang tidak mudah. Taufik harus berjuang keras mengungguli 319 taruna Angkatan Darat (AD) lain. Namun, dengan merendah, dia menganggap prestasi itu adalah pemacu semangat sebelum mengabdi sebagai prajurit negara. ’’Semua yang saya raih saat ini saya ambil sisi positifnya untuk menjadi pelecut semangat dalam bertugas,’’ kata Taufik didampingi kedua orang tua, Haryanto dan Ngadinah, seusai mengikuti praspa.
Pria kelahiran Banyudono, Kabupaten Boyolali, 25 Januari 1987, tersebut mengaku tertarik pada dunia militer sejak kecil. Hal itu diinspirasi oleh kesenangannya menonton film-film perang zaman perjuangan. Karena itu, setelah lulus SD dan SMP di kampung halamannnya, Taufik mendaftar ke SMA Taruna Nusantara, sekolah ’’elite’’ dengan disiplin tinggi.
Lahir sebagai anak desa dari ayah yang guru SD dan ibu pedagang pakaian, Taufik tidak pernah minder saat menjalani pendidikan di SMA yang pendiriannya digagas mantan Menhankam/Pangab Jenderal L.B. Moerdani tersebut. ’’Selama belajar di SMA Taruna Nusantara, kami mulai model kedisiplinan militer. Itulah yang menguatkan tekad saya untuk melanjutkan ke Akmil,’’ jelasnya.
Meski terbiasa hidup disiplin selama tiga tahun di SMA Taruna, Taufik mengaku kewalahan menghadapi masa-masa awal sebagai taruna Akmil. Gemblengan serta pendidikan yang diberikan lebih berat dibanding sewaktu di SMA. Namun, dia tidak mau kalah. Berbagai tantangan serta rintangan terus dihadapi. Ketika ditanya tentang cita-citanya, pria yang mempunyai hobi lari itu mengaku sejak kecil bercita-cita menjadi presiden. ’’Memang saya tertarik masuk dunia militer, yakni menjadi anggota TNI. Tapi, cita-cita saya sejak kecil adalah menjadi presiden,’’ ungkapnya polos.
Cita-cita Taufik itu tidaklah berlebihan. Sepanjang sejarah TNI dan Polri, taruna yang berhasil meraih penghargaan Adimakayasa berkarir cemerlang. Dari TNI-AD, terdapat nama Presiden SBY dan KSAD Jenderal Agustadi S. Purnomo. Dari Polri ada mantan Kapolri Jenderal (pur) Sutanto. Apalagi, Taufik berhasil meraih dua penghargaan terbaik sekaligus seperti halnya SBY. Hanya, apakah Taufik juga bisa menyamai prestasi SBY menjadi presiden Indonesia, sejarah yang akan mencatat.
Haryanto, 45, ayah Taufik, amat bersyukur atas prestasi anak pertamanya tersebut. Dia mengaku, saat kecil, anaknya tersebut bercita-cita menjadi presiden. Didukung prestasi yang diraih selama SD dan SMA, Haryanto merestui Taufik melanjutkan pendidikan di SMA Taruna Nusantara dan Akmil. ’’Di Akmil, ternyata anak saya kembali meraih prestasi membanggakan. Ini wajib disyukuri,’’ ujarnya.
Sebagai guru SD di Banyudono, Boyolali, keputusan anaknya untuk masuk SMA Taruna Nusantara itu sebetulnya di luar kemampuan keuangannya. Namun, demi pendidikan sang anak, Haryanto rela berutang kepada sejumlah famili dan teman.
Keluarga itu benar-benar harus hidup prihatin. Maklum, penghasilan Haryanto sebagai guru tidak cukup untuk membiayai pendidikan ketiga anaknya. Karena itu, sang istri, Ngadinah, 46, membantu dengan usaha kecil-kecilan seperti berdagang pakaian. ’’Memang harus tutup lubang gali lubang untuk pendidikan anak kami. Selain membiayai pendidikan Taufik, kami harus membiayai pendidikan dua adiknya,’’ ungkapnya.
Haryanto bersyukur istri dan anak-anaknya mau diajak tinggal di rumah kontrakan yang sederhana. Sebab, barang-barang berharga yang dimiliki sudah ludes dijual untuk menutup sejumlah utang.
Namun, pria berkumis itu mengaku, saat melihat anaknya meraih prestasi terbaik di Akmil serta mendapat kehormatan khusus dari presiden, dirinya merasa utang-utang itu telah terbayar. ’’Saya terus berdoa agar anak saya Taufik bisa terus menjalani tugasnya dengan baik. Semoga cita-citanya tercapai,’’ katanya. (el)
SUMBER : SMA TN
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment